SUMATERA UTARA (TUGAS 3)
Sosial Budaya Sumatera Utara Sumatera Utara juga dikenal sebagai provinsi multikultural, di dalamnya terdapat etnis dan agama. Selain Batak dan Melayu yang menjadi penduduk asli provinsi ini, ada banyak kelompok etnis lainnya juga yang juga hidup berdampingan. Setidaknya ada 13 suku berkembang di provinsi ini 13 bahasa daerah. Dari semua suku yang ada, sembilan diantaranya adalah suku asli dan empat suku pendatang. Keragaman suku-suku ini belum termasuk Jawa, Cina, dan India yang juga hidup berdampingan bersama mereka. Keberagaman suku tentu diikuti pula oleh mosaik adat istiadat dan nilai-nilai budaya. Keragaman adat istiadat di Sumatera Utara diwarnai oleh adat Batak, Mandailing, Melayu, Karo, Nias, Pesisir, Angkola, Pakpak, dan Simalungun. Perkembangan sosial budaya relatif baik mengingat tingkat kesadaran dan kedewasaan masyarakatnya dalam memahami pluralisme, keragaman budaya, mosaik adat istiadat serta kerukunan antar umat beragama cukup tinggi.Rujukan Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara adalah seramai 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km², sedangkan kadar peningkatan pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun. Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen. Suku Bangsa Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :
1.Suku
Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang
Bedagai, dan Langkat.
2.
Suku Batak Karo: Kabupaten Karo.
3.
Suku Batak Toba: Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir.
4. Suku Batak Pesisir: Tapanuli Tengah, Kota
Sibolga.
5.
Suku Batak Mandailing/Angkola: Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan
Mandailing Natal.
6.
Suku Batak Simalungun: Kabupaten Simalungun.
7.
Suku Batak Pakpak: Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat.
8.
Suku Nias: Pulau Nias.
9.
Suku Minangkabau: Kota Medan, Pesisir barat.
10.
Suku Aceh: Kota Medan.
11.
Suku Jawa: Pesisir Timur & Barat.
12.
Suku Tionghoa: Perkotaan Pesisir Timur & Barat. Bahasa Pada dasarnya,
bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia.
Suku Melayu Deli
mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan
bahasa Indonesia. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan
Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek
"O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di
kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang
sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak
(Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa. Di kawasan perkotaan, suku
Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di
pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat
(Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh
suku Nias. Sedangkan orang-orang Pesisir Pantai Barat Sumut, seperti Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah serta Aceh Singkil dan Natal Madina
menggunakan Bahasa Pesisir. Agama Agama utama di Sumatra Utara adalah: Islam:
terutama dipeluk oleh suku Melayu, suku Mandailing, suku Jawa Kristen
(Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak dan suku Nias Hindu:
terutama dipeluk oleh keturunan India yang minoritas di perkotaan Buddha:
terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan Konghucu : terutama dipeluk
oleh suku Tionghoa di perkotaan Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang
berpusat di Huta Tinggi Animisme: masih ada dipeluk oleh mayoritas suku Batak
dan Nias, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya. Pendidikan
Pada tahun 2005 jumlah anak yang putus sekolah di Sumut mencapai 1.238.437
orang, sementara jumlah siswa miskin mencapai 8.452.054 orang. Dari total APBD
2006 yang berjumlah Rp 2.204.084.729.000, untuk pendidikan sebesar Rp
139.744.257.000, termasuk dalam pos ini anggaran untuk bidang kebudayaan.
Jumlah total kelulusan siswa yang ikut Ujian Nasional pada tahun 2005 mencapai
87,65 persen atau 335.342 siswa dari 382.587 siswa tingkat SMP/SMA/SMK sederajat
peserta UN . Sedangkan 12,35 persen siswa yang tidak lulus itu berjumlah 47.245
siswa. Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, Medan Universitas
Negeri Medan, Medan Politeknik Negeri Medan, Medan Akademi Teknik Dan
Keselamatan Penerbangan Medan, Medan Akademi Maritim Belawan, Medan Politeknik
Kesehatan Negeri Medan, Medan Kesehatan Secara umum, angka penemuan kasus baru
tuberculosis(TBC) di Sumatra Utara mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kasus
TBC diperkirakan berkisar 160/100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk Sumatra
Utara tercatat 12 juta jiwa, maka penderita TBC di daerah ini sebanyak 19.000.
Jumlah penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara hingga Oktober 2005 tercatat 301
orang, yakni 26 orang asing dan 276 warga negara Indonesia. Sementara jumlah
korban HIV/AIDS yang meninggal dunia hingga Agustus 2005 berjumlah 34 orang.
Tenaga Kerja Angkatan Kerja. Pada tahun 2002 angkatan kerja di Sumut mencapai
5.276.102 orang. Jumlah itu naik 4,72% dari tahun sebelumnya. Kondisi angkatan
kerja itu juga diikuti dengan naiknya orang yang mencari pekerjaan. Jumlah
pencari kerja pada 2002 mencapai 355.467 orang. Mengalami kenaikan 57,82% dari
tahun sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Jumlah TPT di Sumut naik
dari 4,47% pada 2001 menjadi 6,74% pada 2002. TPT tertinggi terjadi di Kota
Medan mencapai 13,28%, diikuti Kota Sibolga (11,71%), Kabupaten Langkat
(11,06%), dan Kodya Tebing Tinggi (10,91%). Angkatan Kerja. Penduduk yang
tergolong angkatan kerja berjumlah 5,1 juta jiwa. Sekitar 34% berstatus sebagai
majikan, bekerja sendiri (20%), dan pekerja keluarga (23%). Skala usaha
tergambar pada komposisi yang didominasi oleh usaha kecil sekitar 99,8% dan
hanya sekitar 0,2% yang tergolong usaha besar. Pendidikan Pekerja. Tingkat
pendidikan sebagian besar tenaga kerja. Pekerja yang berpendidikan tidak tamat
sekolah dasar (SD) atau sampai tamat SD mencapai 48,96%. Lulusan sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP) mencapai 23%. Sedangkan lulusan sekolah
lanjutan tingkat atas (SLTA) mencapai 24,08%. Sementara itu, lulusan perguruan
tinggi hanya 3,95%. Arsitektur Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah
arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni
ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai
bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak
melambangkan "kerbau berdiri tegak".
Hal ini lebih jelas lagi dengan
menghias pucuk atap dengan kepala kerbau. Rumah adat suku bangsa Batak bernama
Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir. Rumah
adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat
lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang
lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan
"tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo
memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya
memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara. Bentuk rumah adat di daerah
Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri
dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon,balai bolon,jemur,pantangan balai
butuh dan lesung. Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut
"Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang"
(balai musyawarah adat).
Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan
lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih
berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga. Tarian Perbendaharaan seni
tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa
tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan.
Di
samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya
ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari
tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut
Tunggal Panaluan. Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang
ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan.
Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para
muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok,
patam-patam sering dan kebangkiung.
Tari magis misalnya tari tortor nasiaran,
tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh
kekhusukan. Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang
XII.
Kerajinan Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik
dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos
merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan,
kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb.
Bahan kain ulos terbuat dari benang
kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang
mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi
kehidupan. Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya
warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.
Pada suku Karo ada
tenunan yang dikenal dengan nama uis. Biasanya warna dasar uis adalah biru tua
dan kemerahan. Pada suku Pesisir ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket
Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.
Makanan Khas Makanan Khas di Sumatera Utara sangat bervariasi, tergantung dari
daerah tersebut.
Saksang dan Babi panggang sangat familiar untuk mereka yang
melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti didaerah Pakpak
Dairi,
Pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat pedas.
Di tanah
Batak sendiri adalah dengke naniarsik yang merupakan ikan yang digulai tanpa
menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta
makanan santan dan pedas juga panas.
PASITUAK NATONGGI atau uang beli nira yang
manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya
Tuak atau nira dengan kehidupan mereka.
sumber : http://belajarterusjanganmenyerah.blogspot.com/2009/11/sosial-budaya-sumatera-utara-sumatera.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar