Rabu, 04 Januari 2017

 PERBANDINGAN 3 NEGARA DALAM PEMAKAIAN SISTEM CERDAS DI BIDANG PENDIDIKAN


E-Learning di Indonesia
             Istilah E-Learning  digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web. Web adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O’Reilly Media pada tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web pertama di tahun 2004. Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, E-learning memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning. Selain itu juga, E-learning erat hubungannya dengan Web , social networking (Jejaring Sosial) dan Personal Learning Environments (PLE).
           Perkembangan E-Learning di Indonesia sejalan dengan perkembangan Infrastruktur TIK. Beberapa program pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya Infrasruktur adalah:
ü  1999-2000 Jaringan Internet (Jarnet)
ü  2000-2001 Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
ü  2002-2003 Wide Area Network Kota (WAN Kota)
ü  2004-2005 Information and Communication Technology Center (ICT Center)
ü  2006-2007 Indonesia Higher Education Network (Inherent)
ü  2007-skrg Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
ü  2008-skrg Southeast Asian Education Network (SEA EduNet)
Dengan mulai berkembanganya penggunaan internet, munculah situs E-Learning yang awalnya menjadi media sharring berbagai materi pembelajaran, diantaranya:
Namun seiring dengan perkembangan infrastruktur TIK tersebut maka institusi pendidikan mulai melakukan pengembangan E-Learning.
         Level Perguruan Tinggi
Beberapa Perguruan Tinggi mengembangkan platform elearning sendiri, diantaranya:
ü  UGM dengan E-Lisa http://elisa.ugm.ac.id/
ü  Unissula Semarang http://www.unissula.ac.id/sinau/
ü  Amikom jogja http://elearning.amikom.ac.id/





Beberapa perguruan tinggi menggunakan platform Moodle yang open source, diantaranya:

            Sistem E-Learning tersebut ditujukan untuk menjembatani dosen/guru dengan mahasiswa/siswa dalam proses belajar mengajar di luar jam kuliah/sekolah. Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 31 menyatakan:
ü  Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
ü  Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur,jenjang dan jenis pendidikan.
ü  Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan
ü  Bentuk pendidikan jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio, audio/video, TV dan/atau berbasis jaringan komputer
          Dengan demikian sebenarnya E-Learning dimungkinkan untuk penggunaan PJJ pada semua jalur,jenjang dan jenis pendidikan.


E-learning di Malaysia


          







Perkataan E-learning dalam konteks pendidikan di Malaysia kini mulai hangat diperkatakan. Sebelum melangkah lebih jauh, Coba kita definisikan apakah makna E-Learning itu.  Menurut Wahyu dan Yahya (2006),definasi ‘E-Learning’ atau electronic learning ini seringkali berubah-ubah selaras dengan kemajuan teknologi dan juga seringkali di salah tafsirkan dalam iklan-iklan promosi pendidikan. Secara umumnya, ‘E-Learning’ adalah sebarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN,WAN atau internet) untuk menyampaian isi kandungan, interaksi atau pemudahcaraan. Internet, Intranet, satelit, tape audio/ video, TV interaktif dan CD ROM adalah sebahagian media elektronik yang dimaksudkan di dalam kategori ini. Maka,konsep e-learning ini adalah meluas dan bukannya sekadar pembelajaran atas talian (online) semata.
          Menurut Wahyu dan Yahya (2006) juga, perkembangan E-Learning di Malaysia adalah baru jika dibandingkan dengan negara-negara barat dan negara jiran, Singapura. Agenda IT Kebangsaan (NITA) telah dilancarkan pada Disember 1996 oleh ‘National IT Council (NITC) yang dipengerusikan oleh YAB Tun Dr Mahathir Mohamad, mantan Perdana Menteri Malaysia. NITA memberikan garis panduan bagaimana teknologi maklumat dan komunikasi, ICT dapat digunakan untuk menjadikan Malaysia sebuah negara maju selaraskan dengan Wawasan 2020 (NITC, 2001). Salah satu inisiatif awal NITC adalah untuk mewujudkan Koridor Raya Mltimedia, MSC bagi mencapai NITA. Strategi yang telah dirancangkan oleh NITC ialah ‘e-community, ‘e-public services’, ‘e-learning’, ‘e-economy’, dan ‘e-sovereignty’. Kementerian Pendidikan Malaysia dan sektor swasta seperti MIMOS dan Kumpulan Utusan pula telah dipertanggungjawapkan untuk menjayakan agenda ‘e-learning’ kebangsaan.
        Banyak perbincangan yang telah dibuat untuk membuat perbandingan di antara kaedah pembelajaran taradisional dengan e-learning. Kaedah tradisional dikatakan tidak menjadikan suasana pembelajaran aktif berbanding dengan e-learning. Pelajar pada zaman ini yang digelar pelajar 'Net Generation' atau 'Millennial' mahukan profesor mengubah cara pengajaran mereka (Carlson, 2005). Carlson (2005) juga melaporkan bahawa pelajar Millennial adalah bijak tetapi kurang sabar. Mereka mengharapkan keputusan segera dan selalu tertarik dengan alatan elektronik yang canggih. Oleh itu, berdasarkan kepada sikap semulajadi mereka, mungkin boleh dikatakan bahawa kaedah e-learning adalah lebih sesuai untuk generasi baru ini.
          Namun, berpegang kepada tiada satu kaedah pengajaran yang sesuai untuk semua orang, saya percaya bahawa e-learning tidak boleh digunakan secara sepenuhnya di Malaysia. Beragai kaedah akan menarik minat lebih ramai pelajar untuk terus mengikuti kelas tersebut.  Tidak berapa lama dulu juga, Kementerian Sumber Manusia mengeluarkan fakta mengenai faktor-faktor yang menyebabkan siswazah mengganggur di Malysia ini Salah satu sebabnya ialah kurangnya kemahiran sosial dalam kalangan siswazah tersebut. 

E-Learning di Singapura
Salah satu tantangan dalam difusi pengetahuan adalah pembelajaran yang berkualitas. Banyak metode dan inovasi yang telah dikembangkan dalam peningkatan kualitas pembelajaran tersebut, yaitu dengan pemuktahiran bahan ajar yang lebih mudah dipahami dan di pelajari. Pembelajaran melalui media elektronik seperti internet/extranet, satelit broadcast, audio/video, interaktif televisi, Cakra Padat, dan komputer berbasis pelatihan menjadi pilihan. Pada perkembangannya kegiatan semacam ini dikenal dengan elektronik learning (e-learning). Banyak negara yang telah sukses dalam mengembangkan e-learning di negaranya bahkan berdampak langsung terhadap ekonomi negara melalui penjualan konten. Singapura merupakan negara yang sukses menerapkannya. Tulisan ini bertujuan mengulas perkembangan pesat dalam bidang e-learning di Singapura dengan mengungkap gambaran pasar e-learning, kebijakan dan potret aplikasi e-learning di dunia pendidikan Singapura. Sehingga dapat dijadikan referensi dan contoh pembelajaran kesuksesan e-learning bagi Indonesia. Kesuksesan Singapura dalam mengembangkan dan mengimplementasikan e-learning, dikarenakan adanya komitmen dari pemerintah dan pelaku industri untuk mengembangkan sektor ini. komitmen tersebut diikuti dengan memberikan insentif bagi pengembangan aplikasi dan pemenuhan infrastruktur dasar, serta kesadaran bersama para pengguna terutama di sektor pendidikan untuk memanfaatkan aplikasi pembelajaran tersebut. Hal inilah yang dapat dijadikan pembelajaran bagi Indonesia dalam pengembangan dan implementasi e-learning.  Salah satu E-Learning buatan Singapura adalah https://www.ace-learning.com/ .
Sistem ACE-Learning Pte Ltd didirikan pada tahun 2001 dengan dana awal dari Infocomm Development Authority (IDA) dari Singapura, dengan visi menjadi kelas dunia penyedia solusi e-learning untuk Matematika dan misi memainkan peran utama dalam menciptakan menyenangkan dalam belajar Matematika. ACE-Learning sekarang adalah pilihan populer di kalangan sekolah menengah di Singapura. Lebih dari 80% dari sekolah menengah di Singapura berlangganan ACE-Learning. konten disesuaikan luas ACE-Learning dan Learning Management System (LMS) dengan fitur user-friendly mempromosikan Self-diarahkan Learning (SDL) dan Collaborative Learning (COL). Dengan umpan balik yang sangat baik, saran dan permintaan dari guru, orang tua dan siswa, sumber daya akan terus berkembang. cakupannya sekarang melampaui buku teks dengan aplikasi pengembangan konsep baru dan contoh yang menginspirasi dan memperlengkapi orang-orang muda untuk memulai kegiatan penelitian pribadi dan penemuan atau untuk mengejar pendidikan lebih lanjut di Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM).


KESIMPULAN : 
Seiring dengan perkembangan zaman yang sangat pesat maka kebutuhan akan teknologipun juga semakin meningkat.Dengan berkembangnyaTeknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-Learning ini membawa pengaruh terjadinya proses perubahan pada sistem dan cara atau isi dari pendidikan tersebut. e-Learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, di buktikan dengan banyak mempergunakannya instansi pendidikan di dunia yang menngunakannya. Namun, di Indonesia masih kurang mengerti akan penggunaan e-learning itu sendiri dan kurang di manfaatkan di sekolah-sekolah atau bahkan di perguruan tinggi di Indonesia sekalipun, penggunaan e-learning yang tidak bisa lepas dari peran internet inilah yang membuat pemanfaatannya kurang maksimal di indonesia.






sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar